Penyebab Terjadinya Volatilitas
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan volatilitas dalam investasi, di antaranya adalah perubahan kondisi ekonomi, perubahan suku bunga, dan isu atau berita yang mempengaruhi pasar. Ketidakpastian politik dan ekonomi juga bisa menjadi penyebab volatilitas, karena hal ini dapat mempengaruhi kepercayaan investor dan merubah pola permintaan dan penawaran di pasar.
Perbedaan volatilitas dan fluktuasi
Fluktuasi dan volatilitas adalah dua konsep yang sering digunakan dalam konteks pasar keuangan, tetapi mereka memiliki perbedaan yang penting.
Volatilitas adalah ukuran yang mengacu pada besarnya variasi harga suatu aset atau indeks pasar dalam periode tertentu.
Faktor-faktor ekonomi, geopolitik, dan psikologis berperan penting dalam memengaruhi tingkat volatilitas.
Tingginya volatilitas menandakan adanya risiko yang lebih besar, tetapi juga peluang keuntungan yang lebih tinggi.
Fluktuasi, di sisi lain, adalah perubahan harga yang terus-menerus terjadi sepanjang waktu. Fluktuasi bisa bersifat jangka pendek seperti perubahan harian, atau jangka panjang seperti perubahan harga dalam satu tahun.
Dalam konteks lebih luas, fluktuasi dianggap sebagai bagian dari konsep volatilitas dan mencerminkan dinamika pasar secara umum.
Dengan demikian, volatilitas dapat dilihat sebagai ukuran statistik yang menggambarkan fluktuasi harga, sementara fluktuasi adalah manifestasi dari perubahan harga yang terjadi sepanjang waktu.
Meskipun keduanya memiliki perbedaan, keterkaitan erat antara keduanya memainkan peran penting dalam proses pengambilan keputusan investasi.
Contoh volatilitas dalam berbagai instrumen keuangan mencakup beragam situasi yang memengaruhi nilai investasi.
Perhatikan beberapa contohnya dalam pasar saham, mata uang, dan obligasi, serta dampaknya terhadap keputusan investasi berikut ini.
Pertanyaan seputar apa itu volatilitas
Berikut pertanyaan seputar apa itu volatilitas yang paling banyak dicari beserta jawabannya.
Pentingnya memahami volatilitas
Volatilitas adalah konsep penting dalam dunia investasi. Beberapa alasan utama mengapa kamu perlu memahami volatilitas adalah sebagai berikut:
Cara Menghitung Volatilitas
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung volatilitas, salah satunya adalah dengan menggunakan standar deviasi. Standar deviasi merupakan ukuran sejauh mana pergerakan harga aset dari rata-rata harga. Semakin besar standar deviasi, maka semakin tinggi pula volatilitasnya. Sebagai contoh, saham perusahaan teknologi biasanya memiliki volatilitas yang tinggi. Hal ini dikarenakan sektor teknologi sering kali mengalami perubahan yang cepat dan signifikan, yang dapat menyebabkan fluktuasi harga saham.
Kesimpulan tentang apa itu volatilitas
Arti volatilitas adalah seberapa besar perubahan harga suatu sekuritas atau indeks pasar dalam suatu periode waktu.
Makin besar volatilitas, makin besar risiko yang terkait dengan produk atau aset investasi tersebut.
Dalam bahasa yang lebih sederhana, volatilitas adalah cerminan naik-turun harga yang signifikan dan cepat pada aset atau pasar keuangan, seperti saham, mata uang, dan komoditas.
Beberapa alasan utama mengapa kamu perlu memahami volatilitas adalah sebagai berikut:
Volatilitas saham adalah kisaran besarnya jarak antara naik dan turunnya harga saham atau valas (valuta asing) dalam periode tertentu.
Yuk, cari tahu lebih banyak tentang sekuritas di blog Jobsreet yang menyediakan insight menarik seputar dunia kerja dan karier!
Download aplikasinya sekarang juga melalui Google Play Store atau Apple App Store!
Bagaimana cara memilih investasi yang tahan volatilitas?
Volatilitas pasar sering kali menimbulkan ketidakpastian bagi investor, tetapi dengan menerapkan strategi yang cerdas, kamu bisa mengelola fluktuasi harga dengan lebih baik dan mencapai tujuan investasi secara optimal.
Contoh volatilitas dalam pasar obligasi
Meskipun cenderung lebih stabil daripada saham, pasar obligasi tetap dipengaruhi oleh volatilitas.
Perubahan suku bunga atau perubahan persepsi risiko kredit dapat memicu fluktuasi dan deviasi standar harga obligasi.
Apa saja contoh volatilitas dalam pasar obligasi?
Pertama, kenaikan suku bunga. Ketika suku bunga naik, harga obligasi cenderung turun.
Ini karena imbal hasil yang lebih tinggi pada instrumen keuangan lain, seperti deposito berjangka atau saham, menjadi lebih menarik bagi investor. Akibatnya, harga obligasi mengalami fluktuasi.
Contoh volatilitas kedua adalah penurunan suku bunga. Sebaliknya, ketika suku bunga turun, harga obligasi cenderung naik.
Investor mencari instrumen yang memberikan imbal hasil lebih baik daripada suku bunga yang rendah. Kondisi ini juga menciptakan volatilitas dalam harga obligasi.
Contoh selanjutnya adalah perubahan persepsi risiko kredit. Jika persepsi risiko terhadap penerbit obligasi berubah, misalnya karena perubahan kondisi ekonomi atau peringkat kredit, harga obligasi dapat berfluktuasi.
Obligasi dari penerbit dengan risiko kredit yang lebih tinggi akan mengalami volatilitas lebih besar.
Rumus volatilitas harga saham
Volatilitas saham adalah kisaran besarnya jarak antara naik dan turunnya harga saham atau valas (valuta asing) dalam periode tertentu.
Rumus untuk menghitung volatilitas harga saham adalah sebagai berikut:
Dalam rumus volatilitas harga saham di atas:
Rumus volatilitas harga saham di atas menghitung volatilitas saham dengan mengukur seberapa jauh harga saham bergerak dari rata-rata harga selama periode waktu tertentu.
Kamu mungkin memerlukan lebih banyak waktu dan kompleksitas bila menghitung volatilitas harga saham dengan cara manual.
Cara yang lebih mudah adalah melalui program excel, yakni dengan menggunakan formula “stdev”.
Selain volatilitas saham, ada juga jenis volatilitas lainnya, seperti volatilitas historis, volatilitas harga, volatilitas pasar, dan volatilitas tersirat.
Baca Juga: Apa itu Pialang? Ini Tugas, Jenis dan Cirinya
Average True Range (ATR)
Rumus ini juga umum digunakan untuk mengukur volatilitas. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Volatilitas = (Σ TRi) / n
Di mana:TRi = True Range pada waktu in = Jumlah periode waktu yang ditentukan
Bollinger Bands: Rumus ini digunakan untuk mengukur volatilitas dengan menghitung deviasi standar harga dari moving average (rata-rata pergerakan harga). Rumusnya adalah sebagai berikut:
Upper Band = MA + (n * SD)Lower Band = MA - (n * SD)
Di mana:MA = Moving Average (rata-rata pergerakan harga)SD = Deviasi Standar hargan = Faktor pengali yang digunakan (biasanya 2 atau 3)